Kamis, 25 Februari 2010

Jawa Barat awal tahun 1945

Pada awal tahun 1945, Daidan I yang berkedudukan di Jakarta diberi kesempatan untuk memberi latihan militer kepada para politisi dari Chuo Sangi-in (Dewan Perwakilan Rakyat buatan Jepang), diantaranya Bung Karno. Para anggota Chuo Sangi-In ini diasramakan di kesatrian Daidan I, di Jagamonyat, sehingga kesempatan ini digunakan untuk saling berkomunikasi diantara mereka. Para politisi itu berhasil menanamkan semangat nasionalisme di kalangan anggota dan perwira PETA, sebaliknya anggota PETA juga bisa memberikan latihan militer kepada para mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku). Sejak itu ikatan di antara mereka semakin kuat.
Para pemuda bekas anggota PETA di Jakarta sepakat untuk membentuk BKR pusat, dengan tujuan agar dapat mengkoordinasikan dan mengendalikan BKR yang ada di daerah-daerah secara terpusat. Kemudian, diangkatlah Kasman Singodimedjo, bekas daidanco di Jakarta, sebagai Ketua BKR pusat. Namun, karena dia diangkat oleh pemerintah sebagai ketua KNIP, maka kedudukannya digantikan oleh Kaprawi sebagai Ketua Umum, Sutalaksana sebagai Ketua I dan latief Hendraningrat sebagai Ketua II, serta dibantu oleh Arifin Abdurachman, Mahmud, dan Zulkifli Lubis.
Di daerah-daerah lain di Jawa Barat pada umumnya pembentukan BKR dilakukan pada minggu terakhir bulan Agustus 1945. di Cirebon, atas usaha BPKKP dibentuk BKR dengan ketua Abdul Gani dan Wakil Ketua Asikin. Selain itu, mereka berdua juga dibantu oleh Sumarno, Rukman, Effendi, dan Syafei, yang merupakan mantan-mantan perwira PETA.
Pembentukan BKR di keresidenan Bogor bertempat di Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi. Pertemuan tersebut berhasil memilih R. Gunawan sebagai ketua, kemudian untuk kota Bogor dan Kabupaten Bogor diketuai oleh Kaprawi, kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi oleh H. Basyuni, dan untuk Kabupaten Cianjur diketuai oleh Abdullah bin Noch. Para mantan perwira PETA lainnya yang terlibat dalam BKR di Bogor diantaranya adalah Gatot Mangkupraja, Edi Sukardi, D. Kosasih, Husein Sastranegara, A. Kosasih, dan Dule Abdullah (Ekadjati, 1979/ 1980: 110).
Di Keresienan Banten BKR didirikan di Serang. Unsur-unsur pimpinan BKR Banten adalah para mantan perwira PETA diantaranya adalah K.H. Achmad Chatib, K.H. Syam’un, E. Tornaya, Jayarukmantara, K.H. Junaedi, dan H. Abdullah (Lubis (ed.), 2003: 210). Berdasarkan hasil rapat, maka yang ditunjuk sebagai ketua BKR di Banten adalah K.H. Syam’un. Karena wilayahnya berbatasan dengan lautan, maka di Banten didirikan pula BKR Laut yang diketuai oleh Gatot. BKR Laut yang disyahkan oleh K.H. Achmad Chatib sebagai Residen Banten dan K.H. Syam’un sebagai Kepala BKR Serang tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Armada Perikanan dan Pasukan Marinir (Michrob dan Chudari, 1993: 240).
3.1 Faktor-Faktor Penyebab Dibentuknya
Masalah pertahanan negara apalagi bagi negara yang baru merdeka sangat penting untuk ditangani. Sebab diperlukan institusi yang secara khusus memiliki tugas untuk mempretahankan negara serta kemerdekaaan yang baru didirikan. Apalagi kemerdekaan yang baru diraih oleh bangsa Indonesia dapat dikatakan masih dalam keadaan “rawan” karena sewaktu-waktu dapat digagalkan oleh pihak-pihak asing yang tidak menghendakinya. Hal itu disebabkan oleh masih kuatnya pasukan Jepang di Indonesia yang berusaha untuk mempertahankan status quo serta akan datangnya pasukan sekutu yang diboncengi pasukan Belanda untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia.
Kondisi pertahanan dan keamanan negara yang begitu kritis dan belum adanya organisasi ketentaraan nasional merupakan faktor utama yang menjadi penyebab umum dari dibentuknya berbagai badan perjuangan di Indonesia, termasuk yang ada di Priangan. Namun, selain kondisi stabilitas negara yang belum terjamin terdapat juga faktor-faktor lainnya yang menjadi penyebab khusus serta melatarbelakangi terbentuknya badan-badan perjuangan yang ada di Priangan. Sebab-sebab khusus tersebut penulis kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebab-sebab yang munculnya dari dalam yang disebut faktor intern dan sebab-sebab yang munculnya dari luar yang disebut faktor ekstern.

Tidak ada komentar: